Di tempat ku tinggal aku mempunyai sahabat yang bernama Rahmad, ia sangat supel dan rahun dalam membantu tetangga di kampung kami, ia juga yang mengurus Masjid di kampung ini.
Setiap pagi ia membantu orang tuanya ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-harinya dan kebutuhan warung milik ibunya yang terletak di depan rumahnya. Aktifitas cowok berusia 24 tahun ini banyak sekali, ia termasuk kategori orang yang tak bisa diam, selalu bekerja dan beraktifitas, siang hari ia berkumpul di organisasi rohis kampusnya dulu, meskipun ia telah menyelesaikan kuliahnya 2 bulan yang lalu, tapi Rahmad masih saja aktif dalam kegiatan Rohis kampusnya. Sore hari ia berada di Masjid untuk mengajar ngaji, Rahmad dipercaya menjadi Kepala Sekolah anak TPA Al-Quran di kampung kami.
Saya memang iri dengan rahmad karena ia sejak pertama kuliah tidak pernah meminta uang untuk membiayai kuliahnya bahkan untuk uang belanjapun ia tidak meminta ke ortunya, ia mendapat beasiswa dari walikota sebagai mahasiswa berprestasi bukan beasiswa mahasiswa tak mampu. Dengan uang itulah ia membayar uang kuliahnya, sedangkan untuk belanja sehari-harinya ia dapatkan dari bekerja membayarkan rekening listrik dan air warga di kampung ini, ada sekitar 50 rumah yang mendaftar ke Rahmad untuk di bayarkan rekening listrik dan airnya, dari setiap rumah Rahmad mendapat imbalan 2000 rupiah, jadi warga dikampung ini tidak perlu lagi antri membayar rekening listrik dan air karena sudah ada Rahmad yang membayarkannya.
Dengan uang 100 Ribu dan ditambah gaji mengajar ngaji anak-anak dikampung ini sebesar 25 Ribu perbulannya ia mencukupi kebutuhan sehari-harinya, bahkan sering saya melihat setiap ia mendapat uang hasil membayarkan rekening listrik dan air warga ia infaqkan ke Masjid setengahnya, Subhanallah sungguh terpuji Sifatmu teman.
Rahmad dulu sering tidur di kostku, hampir setiap malam ia tidur di kostku karena letaknya tidak jauh dari rumahnya hanya berjarak 50 M dari rumahnya, tapi kini semenjak aku pindah dan mengontrak rumah sederhana bersama istriku Rahmad tidak pernah lagi menginap, ia malu, katanya entar mengganggu pengantin baru saja.
Saya sedih melihat Rahmad karena susah sekali mendapatkan pekerjaan, semenjak ia lulus ia sudah banyak melamar di kantor dan perusahaan tapi belum ada yang menerimanya, saya mencoba membantu mencarikan pekerjaan di Bontang lewat Ayah saya tapi di daerah Bontang lapangan pekerjaan untuknya tidak ada, Bontang merupakan kota industri minyak bumu dan Pupuk sedangkan ia lulusan Sarjana Perikanan. Minggu lalu ia memasukkan lamaran di sebuah Perusahaan asing sebut saja namanya Total Bangun Persada, setelah menjalani tes dan interview ia menunggu jawaban, seminggu kemudian ada surat tiba, dengan hati-hati Rahmad membuka surat itu dan membaca isinya yang kurang lebih isinya “Maaf untuk sementara anda belum dapat kami terima untuk menduduki pekerjaan yang kami butuhkan” tampak rasa kecewa di wajahnya.
Ia menghela nafas panjang “Aku stressss…., mengapa susah sekali mencari pekerjaan, nggak kaya kamu enak bisa kerja di kantoran” ucapnya padaku.
Dimana ya pohon cabe yang tinggi, aku ingin gantung diri saja, hehehe ia tertawa untuk menghilangkan kesedihannya, aku turut tertawa mendengat leluconnya, mana ada orang gantung diri di pohon cabe yang lemah, yang ada orang gantung diri di pohon duren atau kelapa.
Mad, kamu sabar aja mungkin Allah belum memberi pekerjaan baru karena belum ada yang mampu menggantikan tugasmu di kampung ini, siapa yang mengajar anak-anak ngaji, waktumu akan tersita banyak. Rahmad tersenyum kecil, bekerja kan hanya sampai jam 4 atau setengah lima, setelah itu aku tetap bisa mengajar ngaji anak-anak.
Aku tak menyahut, begitu mulia dan kerasnya pendirian sobatku ini. Aku hanya bisa berdoa semoga ia diberikan pekerjaan yang terbaik oleh ALLAH, semua ini adalah Rahasia-Nya, pasti ada hikma dibalik semua ini. Aku masih terdiam dan berfikir “Banyaknya tabungan yang kupunya tidak sebanding dengan tabungan akhirat yang kau miliki” aku ingin seperti mu teman….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar